Aku kembali memandang jendela
di kamar lantai 2 rumah itu. berharap orang itu ah tidak.. tepatnya gadis itu
masih ada disana. ia membukanya dan melihatku berada disini.
Menit-menit pertama energi dalam tubuhku masih terhitung terisi penuh sehingga aku masih bisa meyakini diriku sendiri untuk tetap disini. Menit berikutnya aku merasa separuh dari energiku menghilang. Mungkin mengalir dan hanyut bersama air hujan yang membasahi tubuhku. Dan akhirnya, saat tubuhku merasa hanya tersisa seperempat energi tubuhku aku merasa bahwa usaha ku ini sia-sia. Ku putuskan membalikan tubuhku menghadap jalan yang tadi telah aku lewati. Langkah penuh penyesalan menggiringku untuk pulang dan segera menjemput selimut tebal diatas tempat tidurku. Kini aku mulai kedinginan. Aku berjalan dan terus mencoba untuk berjalan. Hingga akhirnya sebuah suara yang ku kenal, bahkan sangat aku kenal menghentikan langkah kakiku.
"Pabo! Namja Pabo!"
Apa? Apa yang tadi aku dengar? Pabo? Bodoh? Laki-laki
bodoh? Suara itu.. Amanda. Aku langsung membalikan tubuhku kembali hingga aku
menemukan sosok perempuan yang menggunakan payung dengan setelan kaos longgar
dan celana pendek selutut tepat didepanku.
"Manda..." jawabku lirih.
Dia menghampiriku. Langkahnya lurus menuju ke tempat
aku berdiri dengan sepasang mata yang menatap tajam ke arahku. Membuatku tak
sedetikpun menghindarkan pandangan darinya.
"Pabo! Namja pabo!", kata-kata yang sama
kembali keluar dari mulut kecil itu dengan tangan yang terus memukul-mukul
dadaku. Tapi aku tidak meringkuk. Aku membiarkannya demikian. Aku tidak ingin
terlihat lemah didepannya. Cukup dulu saja.
Senyumku mengembang dan tanganku mulai bergerak
menyentuh pipinya yang sedikit basah. Entah karena cipratan air hujan atau dia
mulai meneteskan air mata.
"kau tahu kata yang kau ucapkan tadi?",
tanyaku sembari senyum.
" ya aku tahu. itu dari bahasa korea. artinya
bodoh kan? kata yang sering kau ucapkan dulu padaku karena aku tidak sepintar
kau dalam pelajaran eksak!", gerutunya. Sedang aku masih terus
memandangnya dengan senyum.
Aku masih enggan menurunkan tangaku ini dari pipi
lembutnya. Aku masih ingin memastikan dia benar-benar nyata didepanku sekarang.
Bahkan jika dibolehkan aku ingin menariknya erat didalam pelukanku. Tapi aku
urungkan niat itu.
"Bodoh! apa yang kau lakukan diluar sini dengan
hujan sederas ini, hah?!", ucapnya dengan gerakan tangan yang mendorongku
menurunkan tangan dari pipinya.
"a.. aku ingin menemuimu", jawabku cepat.
"untuk apa?", tatapnya polos.
" a.. aku.. aku menyukaimu Amanda!".
Tatapanku dalam menuju kedua bola matanya. Asal kamu ketahui. Perkataan itulah
yang selama ini tertahan di bibirku. Aku tidak berani mengucapkannya.
Tangan Amanda bergerak menurunkan tanganku. Tanganku
bergerak pasrah.
Beberapa detik sepi menyelimuti. Hanya tertinggal
suara hujan. Bungkam kami berdua ditengah gemuruh suara hujan sore ini. Hingga
akhirnya suara itu kembali terdengar ditelingaku.
"Kau terlambat Fathan..", suaranya lirih.
to be continued >>
Hai
readers.. terima kasih udah mau membaca tulisan aku :) Buat terus
menjaga setiap kepercayaan kalian ke aku dan aku ke kalian, aku cuma
mohon untuk tidak mengcopy-paste apa yang udah aku tulis ini^^ kalian
pasti ingin dihargai karena suatu kerja keras kalian bukan?? aku pun
begitu :) sekali lagi terima kasih udah mau berkunjung di web sederhana
aku ini :) tinggalkan komentar ya^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar