Minggu, 09 Februari 2014

Kristal Air (Part 2)


Aku kembali memandang jendela di kamar lantai 2 rumah itu. berharap orang itu ah tidak.. tepatnya gadis itu masih ada disana. ia membukanya dan melihatku berada disini.

Hujan terus mengguyur semakin deras. membawa aroma tanah memasuki sela-sela hidungku yang mulai memerah karena entah telah berapa lama aku berdiri disini. Aku kuatkan diri ini untuk terus berdiri disini. Berharap mungkin Tuhan memberi keajaiban untukku.


Menit-menit pertama energi dalam tubuhku masih terhitung terisi penuh sehingga aku masih bisa meyakini diriku sendiri untuk tetap disini. Menit berikutnya aku merasa separuh dari energiku menghilang. Mungkin mengalir dan hanyut bersama air hujan yang membasahi tubuhku. Dan akhirnya, saat tubuhku merasa hanya tersisa seperempat energi tubuhku aku merasa bahwa usaha ku ini sia-sia. Ku putuskan membalikan tubuhku menghadap jalan yang tadi telah aku lewati. Langkah penuh penyesalan menggiringku untuk pulang dan segera menjemput selimut tebal diatas tempat tidurku. Kini aku mulai kedinginan.  Aku berjalan dan terus mencoba untuk berjalan. Hingga akhirnya sebuah suara yang ku kenal, bahkan sangat aku kenal menghentikan langkah kakiku.
 
"Pabo! Namja Pabo!"

Apa? Apa yang tadi aku dengar? Pabo? Bodoh? Laki-laki bodoh? Suara itu.. Amanda. Aku langsung membalikan tubuhku kembali hingga aku menemukan sosok perempuan yang menggunakan payung dengan setelan kaos longgar dan celana pendek selutut tepat didepanku. 

"Manda..." jawabku lirih.

Dia menghampiriku. Langkahnya lurus menuju ke tempat aku berdiri dengan sepasang mata yang menatap tajam ke arahku. Membuatku tak sedetikpun menghindarkan pandangan darinya.

"Pabo! Namja pabo!", kata-kata yang sama kembali keluar dari mulut kecil itu dengan tangan yang terus memukul-mukul dadaku. Tapi aku tidak meringkuk. Aku membiarkannya demikian. Aku tidak ingin terlihat lemah didepannya. Cukup dulu saja.

Senyumku mengembang dan tanganku mulai bergerak menyentuh pipinya yang sedikit basah. Entah karena cipratan air hujan atau dia mulai meneteskan air mata.

"kau tahu kata yang kau ucapkan tadi?", tanyaku sembari senyum.

" ya aku tahu. itu dari bahasa korea. artinya bodoh kan? kata yang sering kau ucapkan dulu padaku karena aku tidak sepintar kau dalam pelajaran eksak!", gerutunya. Sedang aku masih terus memandangnya dengan senyum. 

Aku masih enggan menurunkan tangaku ini dari pipi lembutnya. Aku masih ingin memastikan dia benar-benar nyata didepanku sekarang. Bahkan jika dibolehkan aku ingin menariknya erat didalam pelukanku. Tapi aku urungkan niat itu.

"Bodoh! apa yang kau lakukan diluar sini dengan hujan sederas ini, hah?!", ucapnya dengan gerakan tangan yang mendorongku menurunkan tangan dari pipinya.

"a.. aku ingin menemuimu", jawabku cepat.

"untuk apa?", tatapnya polos.

" a.. aku.. aku menyukaimu Amanda!". Tatapanku dalam menuju kedua bola matanya. Asal kamu ketahui. Perkataan itulah yang selama ini tertahan di bibirku. Aku tidak berani mengucapkannya. 

Tangan Amanda bergerak menurunkan tanganku. Tanganku bergerak pasrah. 

Beberapa detik sepi menyelimuti. Hanya tertinggal suara hujan. Bungkam kami berdua ditengah gemuruh suara hujan sore ini. Hingga akhirnya suara itu kembali terdengar ditelingaku. 

"Kau terlambat Fathan..", suaranya lirih.

to be continued >> 

Hai readers.. terima kasih udah mau membaca tulisan aku :) Buat terus menjaga setiap kepercayaan kalian ke aku dan aku ke kalian, aku cuma mohon untuk tidak mengcopy-paste apa yang udah aku tulis ini^^ kalian pasti ingin dihargai karena suatu kerja keras kalian bukan?? aku pun begitu :) sekali lagi terima kasih udah mau berkunjung di web sederhana aku ini :) tinggalkan komentar ya^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar