Senin, 17 Februari 2014

Kristal Air (Part 3)




Apa? Apa baru saja aku mendengar Amanda mengucap kata terlambat? Bagaimana bisa aku terlambat?


Tatapan mata polos itu. Tatapan kesungguhan dari sepasang mata indah itu. Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan?

"apa maksudmu mengatakan aku terlambat?", tanyaku lirih.

Berbarengan dengan lirihnya suara yang mirip suaraku, hujan mulai berangsur reda. Dan kini hanya meninggalkan gerimis kecil mengenai puncak kepalaku.

"Kamu baru mengatakan sekarang Than. Disaat aku sudah melepaskan perasaanku untukmu. Hatiku kini telah terisi oleh orang lain..", jawab gadis berpayung didepanku.

"Orang lain? Bukankah dua minggu lalu kau masih mengatakan menyayangiku?"
"iya, itu dua minggu lalu Than"

"Tapi bagaimana mungkin perasaanmu berubah padaku hah?", tanyaku dengan sedikit kekesalan.
Bukan kesal karena sudah ada orang lain dihatinya. Tapi karena perasaanya yang dengan mudah berubah. Apa yang dilakukan orang itu hingga mampu membuat perasaan Amanda berubah?

"semuanya bisa terjadi Than. Dan kamu harus bisa menerimanya", jawabnya terdengar lirih dengan kepala tertunduk.

"Iya aku bisa menerimanya Amanda. Aku.. aku hanya ingin tahu apa yang telah orang itu lakukan hingga membuat perasaanmu padaku hilang begitu saja?". Kedua tanganku bergerak meraih wajah Amanda yang tertunduk. Memandang lurus kearah matanya seakan meminta jawaban sedetail mungkin yang bisa ia jelaskan padaku sekarang.

"Aku lelah denganmu Than..", hembusan nafasnya terdengar jelas ditelingaku. Dan belum sempat aku bertanya, Dia kembali melanjutkan perkataannya.

"Aku selama ini hanya menjadi tempat curhat kau saja. Kau tahu sudah lama aku menyayangimu. Tapi lagi-lagi kau tanpa perasaan tidak enak.. atau setidaknya menjaga perasaanku, menceritakan semua perempuan yang kau sukai didepanku. Dan yang lebih membuat aku harus menelan ludah dan meninggalkan seulas senyum didepanmu adalah.. kau memintaku untuk menjadi penyatu kau dengan perempuan itu! Kau tahu bagaimana perasaanku saat itu?".

Aku lihat dia mulai meneteskan air matanya sesaat setelah luapan kalimat emosi keluar. Aku tak kuasa melihatnya.

Mendengar setiap perkataan Amanda memaksaku mengingat setiap kejadian itu. Memunculkan kembali memori yang seharusnya sudah tenggelam. Disaat aku tertarik dengan gadis manis bernama Rena. Aku terlalu takut mengungkapkan perasaanku awalnya. Tapi akhirnya aku memberanikan diri untuk mengatakan perasaanku padanya. Berhari-hari aku tunggu jawaban dia tapi tak kunjung ada jawaban darinya. Dan entah pikiran darimana, aku yang jelas tahu perasaan Amanda  padaku justru mempunya niat untuk aku manfaatkan. Aku pikir karena Amanda Perempuan, mungkin dapat sedikit membujuk Rena untuk menerima perasaanku padanya. saat itu sedikitpun aku tak memperdulikan perasaan Amanda. Yang ada dipikiranku hanya bagaimaa caranya agar Rena menerima aku sebagai pacarnya. Aku terlalu jahat.

buk buk buk

Aku terbangun dari lamunan tentang masa lalu. Sepasang mataku melihat Amanda memukul-mukul dadanya sendiri sedang air matanya tak berhenti mengalir. Mungkin inilah ending dari luapan perasaan didalam hatinya. Sungguh. Sungguh aku tak kuasa melihatnya seperti ini.
Aku sudah tak sanggup melihatnya seperti ini. Aku ingin memeluknya! Aku ingin!

Segera saja aku raih tubuh mungil Amanda dan memasukannya kedalam pelukanku. Aku sadar baju aku basah. Tapi kini benar. Setidaknya walaupun aku tahu aku terlambat memilikinya, sebagai teman aku bisa membuatnya tenang dalam dekapanku.

Amanda menerimanya. Tubuh kami yang sangat dekat seperti ini seperti mentransfer gejolak emosi yang Amanda rasakan dan membawanya masuk kedalam aliran darag didalam tubuhku. Aku merasakan perih dihati Amanda. Perih yang telah disimpannya sejak lama. Perih yang terabaikan olehku.

"Amanda...", lagi-lagi aku mengucap lirih namanya.

Tidak ada jawaban dari gadis yang sekarang berada dipelukanku. Tak mengapa. Aku masih mendengarnya menangis.

"Kau tahu kenapa sekarang aku mengatakannya?".

Dia terbangun dari pelukanku dan kembali membiarkan tubuhnya berdiri tegak. Dengan lembut ia menghapus air mata dari kedua matanya dengan tanggannya sendiri. Kemudian berlanjut menatapku serius.

Aku yang tahu sebenarnya ini sia-sia tapi aku tetap mencoba jadi yang terbaik. Jadi yang terkuat untuk perasaanku sendiri.

"Kau ingat idol grup yang kau suka?"

Dia hanya terdiam. Kemudian menjawabnya dengan anggukan kepala. Aku tahu itu adalah jawaban 'iya'. walaupun tak terucap satu katapun.

"ia yang telah memberanikan aku untuk menyadarinya. JKT48! Lagunya.. ingat lagu Oogoe Diamond?"

Lagi-lagi dia hanya diam memandangku. Aku rasa dia sedang memitar pikirannya untuk mengingat lagu yang aku maksud. Ingatlah Amanda! Ingat!

to be continued >>

Hai readers.. terima kasih udah mau membaca tulisan aku :) Buat terus menjaga setiap kepercayaan kalian ke aku dan aku ke kalian, aku cuma mohon untuk tidak mengcopy-paste apa yang udah aku tulis ini^^ kalian pasti ingin dihargai karena suatu kerja keras kalian bukan?? aku pun begitu :) sekali lagi terima kasih udah mau berkunjung di web sederhana aku ini :) tinggalkan komentar ya^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar