Sabtu, 04 Januari 2014

Kristal Air

Ini cerita yang tadi sore aku tulis. Entah mendapat inspirasi dari mana tiba-tiba saja aku ingin segera melangkahkan jari-jari aku untuk menekan tombol-tombol dilayar tab ku untuk menulis semua ini :) ada juga lagu dari idol grup yang aku selipkan dicerita ini. Karena menurutku lirik lagunya pas untuk membangun emosi dari tokoh yang ada didalam ceritaku ini. Semoga kalian yang membacanya akan senang^^


google.com
Hujan siang ini kembali turun. Setiap tetesnya turun bak peluru dimedan perang yang terus diluncurkan pada daerah kekuasaan lawan, hingga terlihatlah setiap sudut jalan dikota ini basah. Tidak terkecuali daun-daun di pepohonan.
Aku yang berdiri didalam kamar lantai 2 rumahku hanya memandang kearah jendela menikmati titik-titik hujan dan gemericik suaranya. Tanganku bergerak meraih secangkir teh hangat yang telah aku buat sesaat sebelum masuk kedalam kamar pribadiku. Mengepalkan kedua tangan mengelilingi cangkir untuk merasakan kehangatan diujung-ujung telapak tangan dan kemudian meminumnya perlahan.
Aku melirik ke arah jam wacker coklat berbentuk biskuit yang berada di atas meja belajar di belakangku. Masih jam 1. Desahku pelan. Aku kembali mengalihkan pandangan keluar jendela.
Aku teringat satu hal. Daripada aku hanya berdiam diri memandang air hujan lebig baik aku kembali ke hobi yang sejak dulu aku pilih. Mendengarkan musik. Ya, aku langsung menyambar ponsel yang tergeletak pasrah diatas ranjang tempat tidurku. Menekan tombol-tombol diponsel yang menuju ke aplikasi musik dan langsung menekan tombol play. Langsung menikmati musik yang aku mainkan dan ikut menyanyi dengan suara yang terdengar dari speaker ponsel.

.... Katakanlah dengan berani
Jika kau diamkan tetap sama
Janganlah kau merasa malu
suka itu kata paling hebat...
(JKT48- Oogoe Diamond)

Kata yang terdengar dan sempat aku ucapkan tadi sontak membuatku terdiam dan langsung berpikir. Amanda?. Ya itulah yang harus aku lakukan. Aku harus bertemu dengan Amanda! Aku harus mengatakan semuanya sekarang! Iya atau tidak sama sekali.

Aku berdiri dan langsung lari menuruni tangga menuju lantai dasar rumah. Ada Mama dan Papa yang menatapku kaget karena berlari menuruni tangga dan langsung keluar tanpa pamit.

Tanpa menggunakan payung—padahal sedang hujan, aku langsung berlari menuju pintu pagar.
"Fathan.. mau kemana? kenapa tidak pakai payung?", 


teriakan suara itu terdengar sayup di tengah hujan. Karena suara yang terdengar tak asing ditelingaku itu, aku pun menjawabnya sambil berlari melewati rumahku sendiri.

" A...ku mau ke rumah Amanda dulu sebentar"

Aku berlari dan terus berlari melewati beberapa blok dari rumahku. Maklum rumah Amanda terletak 4 blok dari rumahku. Disetiap langkah kakiku berlari dalam hati aku bergema lagu yang tadi aku dengar..

…Ku ingin ungkapkan pada dirimu
Kabut dalam hatiku telah menghilang
Dan hal yang penting bagiku pun terlihat
Meskipun jawaban itu sebenarnya begitu mudah
Tetapi entah mengapa diriku melewatkannya
Untuk ku menjadi diri sendiri
Ku harus jujur pada perasaanku..
(JKT48-Oogoe Diamond)

Gema lagu itu dihatiku bagai api. Mengobarkan semangat untuk terus melangkah, walaupun aku tidak tahu kapan akan sampai di rumah Amanda.

Aku tahu Hal yang nekad seperti ini tidak seharunya aku lakukan. Sudah tahu rumah Amanda jauh, letaknya saja 4 blok dari rumah? Bukankah akan lebih cepat sampai jika aku tadi sempat menggunakan motor atau sepedaku. Dan apalagi ini hujan? Akan lebih baik jika aku tadi menggunakan payung atau jas hujan. Setidaknya aku bisa terhindah dari adegan basah-basahan seperti ini. Basah kuyup tubuh aku tertimpa air hujan dari langit yang tak kunjung berhenti sekalipun langkah kaki ku telah berlari jauh hingga tiba tepat didepan rumah Amanda.

Rumah Amanda terlihat sepi. Pintunya pun tertutup. Bukan hanya pintu saja bahkan seluruh jendela pun tertutup. Mataku langsung tertuju pada jendela kamar yang terletak dilantai 2 rumah itu. Sama saja. Rasanya aku terlambat.

Seketika semangatku menghilang. Kobaran api yang tadi sepanjang jalan membakar semangat dalam hati detik ini berubah. Ia telah disiram air dan padam. Hanya tinggal abu hasil pembakaran saja yang masih tersisa.

Amanda? Tidak adakah kesempatan untukku? Kesempatan untukku berbicara padamu? Mungkin benar katamu, aku pecundang!


To Be Continued >>

Hai readers.. terima kasih udah mau membaca tulisan aku :) Buat terus menjaga setiap kepercayaan kalian ke aku dan aku ke kalian, aku cuma mohon untuk tidak mengcopy-paste apa yang udah aku tulis ini^^ kalian pasti ingin dihargai karena suatu kerja keras kalian bukan?? aku pun begitu :) sekali lagi terima kasih udah mau berkunjung di web sederhana aku ini :) tinggalkan komentar ya^^ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar