Cerita ini adalah cerita yang pertama kali aku berani post-in ke internet. Cerita yang aku buat ini sebelumnya pernah aku post di catatan akun facebook aku dulu. Responnya lumayan baik :) maklum.. mungkin karena judulnya yang berkaitan dengan penyanyi yang aku idolakan. Afgan. Nah sekarang aku coba re-post lagi disini. Daripada blog ini kosong ngga ada isinya kan yaa :D hehe...
Oh iya judul yang aku pake dulu buat cerita ini adalah "Karena Afganmu Ada Disana". Bercerita tentang seorang fans dari Afgan yang berikeinginan buat ketemu Afgan. Tapi ya kita tahu sendiri buat ketemu sama Afgan bukan perkara yang mudah. Apalagi buat seorang fans yang tinggal didaerah. Lalu apa anak ini bisa ketemu dengan penyanyi idolanya? dengan cara apa? daripada penasaran baca aja yuk gimana ceritanya :)
Sore ini aku duduk di tempat favorit ku, balkon rumah. Dengan di
temani secangkir teh hangat dan cake keju kesukaan ku. Keheningan sore
saat ini benar-benar membawaku dalam kedamaian yang sesungguhnya. Sudah
lama aku tak merasakan suasana setenang ini.
Tak lama aku nikmati
ketenangan ini, mataku tertuju pada kursi di pojok balkon. Kursi itu
tertutup kain putih sekarang. Aku berdiri mendekati kursi itu dan
membuka kain yang menutupnya. Lengan kursi ku pegang.. rasanya begitu
dingin. Memang sudah lama kursi itu tak terpakai, keadaannya pun sudah
usang. Entah mengapa kursi itu masih saja aku pertahankan di tempat itu
sejak 5 tahun lalu.
Aku beranikan duduk di atas kursi itu. Dalam
sadar aku teringat perkataan sosok yang pernah duduk di atas kursi itu.
Niyala namanya.
“La.. sampai kapanpun aku ga akan pernah kasih
izin kamu buat duduk di tempat ini. Jadi awas ya kalo kamu sampai
ketahuan duduk di atas kursi ini”, itulah kata-kata yang selalu terulang
setiap kali aku dan Niyala sampai ke kost tempat tinggal kami. Sempat
aku berfikir mengapa Niyala tak mengizinkan aku untuk duduk di tempatnya
itu, tapi anehnya aku.. aku mau saja mengikuti omongan dia. Aku hanya
berfikir mungkin itu adalah tempat yang nyaman buat dia. Aku
merelakannya.
Keheningan dan hembusan angin sore ini benar-benar
membawa ku pada kenangan masa lalu ku dengan Niyala. Aku mengambil
Handphone yang terselip di saku celana. Aku lihat benar-benar wallpaper
handphone ku. Di sanalah aku dapat melihat kembali wajah Niyala yang
tersenyum dengan indah. Senyuman itu benar-benar aku rindukan. Niyala… andai kau ada di sini bersamaku… Ku dapati air mata menetes tepat di layar handphone.
Menit
semakin beralalu.. semakin pula kenangan-kenangan bersama Niyala muncul
kembali ke permukaan pikiranku. Aku ingat benar waktu pertama kali
bertemu dengan dia. Di depan toko bunga saat siang hari. Tak sengaja aku
menabraknya dan membuat semua bunga yang dia bawa berserakan. Aku
langsung meminta maaf padanya dan membantunya membereskan semua
bunga-bunga itu. Aku mendapatinya sebagai sosok perempuan yang baik dan
ramah. Setelah pertemuan hari itu aku mulai sering mendatangi toko bunga
itu. Sekedar untuk mengganti bunga-bunga di vas bunga rumahku. Tak lama
aku mengetahui bahwa dia juga merupakan pelajar SMA yang sama dengan
ku, bukan hanya sekedar penjaga toko bunga. Aku bangga dengan dia.
Di
hari-hari aku yang senggang, terkadang aku sempatkan untuk mendatangi
dan membantunya di toko. Dua bulan berlalu aku mengenalnya. Aku
mendapati bahwa banyak kesukaan ku yang sama dengan dia. Mulai dari
makanan hingga tokoh idola. Ya tokoh idola, aku dan Niyala sama-sama
mengagumi solois terbaik Indonesia, Afgan Syahreza. Hari-hari yang aku
lalui semakin berwarna semenjak kehadiran Niyala.
Aku dan Niyala
tak jarang mengadakan janji untuk jalan bersama di Mall atau sekedar
jalan ke alun-alun kota yang memang tak begitu jauh dari kost.
Awalnya
aku hanya tinggal sendiri di kostan ini, begitu pun dengan Niyala. Tapi
karena aku mulai merasakan kejenuhan dengan keadaan kamar yang sepi
dank arena aku sudah mulai merasa nyaman dengan kehadiran Niyala, aku
mencoba mengajaknya untuk tinggal bersama di kostan ku. Niyala pun
mengiyakannya. Sejak saat itu aku dan Niyala mulai menjadi sahabat yang
akrab.
Aku menyandarkan tubuhku pada sandaran kursi. Mencoba
menghela napas dengan sakit yang menyesakan dada. Dan yang ku dapati..
air mata ini justru semakin deras. Aku teringat saat aku harus mendapati
sosok tubuh Niyala terbaring kaku dengan tenangnya di kursi yang dia
senangi ini.
Betapa shock aku detik itu. Tubuhku seketika lemas
dan terjatuh pada lantai balkon yang beralaskan rumput hijau. Cuaca saat
itu yang tadinya cerah.. seketika mendung dan langsung
Aku
ingat saat itu aku dan Niyala sedang membicarakan sosok idola kami,
Afgan. Aku ingat jelas ucapan Niyala saat itu, “La.. aku pengen banget
ketemu sama afgan. Tapi kapan ya? Aku pengen cepat ketemu sama dia.
Sebelum aku menghembuskan nafas terakhirku”. Aku cukup kaget saat itu.
Kenapa Niyala tiba-tiba mengucapkan kata “sebelum aku menghembuskan
nafas terakhirku” Apa maksudnya?? Aku tidak terlalu
memperdulikan arti ucapannya itu. Aku hanya menjawab “iya.. aku juga
pengen ketemu. Tenang saja secepetnya kita pasti juga ketemu.Kalo Tuhan
sudah mengizinkan..” Niyala langsung menimpal “haduuuh kamu ini! Kalo
sudah berbicara kehendak Tuhan,, aku Cuma bisa diem aja deh..” aku
menimpalnya dengan tertawa kecil ciri khasku.
Suasana sunyi mulai menguasai jiwa ku, Oh Tuhan… mengapa begitu cepat engkau mengambil nyawa gadis kecil itu?? Sebersit pertanyaan mulai muncul dalam benakku.
Aku
langsung teringat akan satu hal.. setelah hujan reda saat itu. Hal yang
harus aku lakukan adalah menelfon kedua orang tua Niyala. Bergegas aku
mencari handphone Niyala. Aku mendapatkannya tepat di atas bantal tempat
tidur Niyala. Satu pesan aku terima saat memegang handphone milik
Niyala, bertulisakan pesan dari Dokter Romi. Aku heran dengan pesan
itu.. kenapa Niyala berhubungan dengan seorang dokter padahal sepanjang
aku kenal dia, dia selalu bilang kalau dia anti ke dokter. Aku langsung
membuka pesan itu,
“Niyala.. aku akan memberitahukan hasil
check up kamu kemarin. Maaf sebelumnya apabila hasilnya tidak sesuai
dengan yang kamu harapkan. Hasil check up kemarin adalah.. keadaan
jantung kamu semakin melemah. Paru-paru kamu pun demikian. Sebaiknya
kamu beritahukan hasil ini pada kedua orang tua kamu. Jangan kamu pendam
sendiri. Mereka berhak tahu. Itu hanya sedikit Sarankan ku.. jadi untuk
langkah selanjutnya bisa kamu pertimbangkan”
Pesan itu
cukup mengkagetkan ku, ternyata di balik senyum bahagia dan cerianya..
Niyala mengidap satu penyakit. Sebelumnya aku tak pernah berfikir hal
itu akan terjadi pada gadis seceria dia.
Tak lama setelah aku membaca pesan itu.. aku langsung membalas pesan Dokter Romi itu
Dokter.. aku Novella. Teman Niyala. Maaf sebelumnya.. aku harus memberitahukan bahwa Niyala sudah tenang dalam dekapanNya
Setelah
menbalas pesan itu, aku langsung menghubungi nomer ayah dari Niyala.
Aku beritahukan semuanya termasuk pesan Dokter Romi tadi. Aku mendengar
jelas ibu Niyala menangis histeris mendengar kabar anaknya itu. Air mata
ku semakin tak tebendung mendengar jeritan ibu Niyala kala itu. Aku
langsung menutup pembicaraan di telefon dengan alasan akan memgurus
jenazah Niyala. Aku berlari keluar kamar dan memberitahukan hal itu pada
Ibu dan Bapak Kost.
Saat itu aku hanya berfikir kenapa tadi aku
tak berada di sampinya saja? Aku terlalu sibuk menikmati udara di
pinggiran balkon hingga mangacuhkan Niyala yang berada di pojokan.
Mungkin kalo aku ada di samping dia tadi semua ini ga akan terjadi??
Semuanya bukannya bisa saja berubah?? Aku yang jelas-jelas satu kamar
sama Niyala tidak tahu benar kepergian sahabat aku sendiri untuk
selamanya? Sahabat macam apa aku ini?
Niyala sudah pergi.. dia
sudah kembali dalam dekapan Tuhannya. Apa yang bisa aku lakukan?
setidaknya mungkin itu jalan yang terbaik buat dia. Disana dia tak akan
pernah lagi merasakan sakit seperti di sini.
Di bawah gundukan
tanah di sana kini tubuh Niyala istriahat. Sedang roh nya kini berada
tenang dalam dekapan Tuhan.. serta cinta dan kasihnya masih tetap
bertahan di hati orang-orang yang menyayanginya.
“Niyala..
ketahuilah Tuhan akan mempertemukan Afgan untukmu di sana. Tuhan sudah
mempersiapkannya.. mungkin sekarang kamu sedang menikmati kebahagiaan
bersama Afganmu di sana.. tetaplah tersenyum disana.. Aku menyayangimu..
aku merindukanmu..”
Langit sore sudah berubah.. tampaknya
langit malam akan segera menutupi jagat bumi ini. Aku beranjak dari
tempat duduk itu. Menutupnya kembali dengan kain putih itu. Biarkan
kursi dan kain putih itu menjadi saksi kehidupan Niyala yang begitu
indahnya. Sampai kapan pun dia adalah sahabat yang tak kan pernah
terganti dalam hidupku.
Gimana tulisanku? Memang belum baik seperti penulis-penulis cerita yang aku kagumi sih :) tapi paling tidak aku telah berusaha menuangkan pikiran aku didalamnya. Selanjutnya aku berjanji untuk terus belajar demi karyaku yang lebih baik :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar