Jumat, 03 Januari 2014

[RE-POST] Karena Afganmu Ada Disana

Cerita ini adalah cerita yang pertama kali aku berani post-in ke internet. Cerita yang aku buat ini sebelumnya pernah aku post di catatan akun facebook aku dulu. Responnya lumayan baik :) maklum.. mungkin karena judulnya yang berkaitan dengan penyanyi yang aku idolakan. Afgan. Nah sekarang aku coba re-post lagi disini. Daripada blog ini kosong ngga ada isinya kan yaa :D hehe...
Oh iya judul yang aku pake dulu buat cerita ini adalah "Karena Afganmu Ada Disana". Bercerita tentang seorang fans dari Afgan yang berikeinginan buat ketemu Afgan. Tapi ya kita tahu sendiri buat ketemu sama Afgan bukan perkara yang mudah. Apalagi buat seorang fans yang tinggal didaerah. Lalu apa anak ini bisa ketemu dengan penyanyi idolanya? dengan cara apa? daripada penasaran baca aja yuk gimana ceritanya :)

Sore ini aku duduk di tempat favorit ku, balkon rumah. Dengan di temani secangkir teh hangat dan cake keju kesukaan ku. Keheningan sore saat ini benar-benar membawaku dalam kedamaian yang sesungguhnya. Sudah lama aku tak merasakan suasana setenang ini.
Tak lama aku nikmati ketenangan ini, mataku tertuju pada kursi di pojok balkon. Kursi itu tertutup kain putih sekarang. Aku berdiri mendekati kursi itu dan membuka kain yang menutupnya. Lengan kursi ku pegang.. rasanya begitu dingin. Memang sudah lama kursi itu tak terpakai, keadaannya pun sudah usang. Entah mengapa kursi itu masih saja aku pertahankan di tempat itu sejak 5 tahun lalu.
Aku beranikan duduk di atas kursi itu. Dalam sadar aku teringat perkataan  sosok yang pernah duduk di atas kursi itu. Niyala namanya.
“La.. sampai kapanpun aku ga akan pernah kasih izin kamu buat duduk di tempat ini. Jadi awas ya kalo kamu sampai ketahuan duduk di atas kursi ini”, itulah kata-kata yang selalu terulang setiap kali aku dan Niyala sampai ke kost tempat tinggal kami. Sempat aku berfikir mengapa Niyala tak mengizinkan aku untuk duduk di tempatnya itu, tapi anehnya aku.. aku mau saja mengikuti omongan dia. Aku hanya berfikir mungkin itu adalah tempat yang nyaman buat dia. Aku merelakannya.
Keheningan dan hembusan angin sore ini benar-benar membawa ku pada kenangan masa lalu ku dengan Niyala. Aku mengambil Handphone yang terselip di saku celana. Aku lihat benar-benar wallpaper handphone ku. Di sanalah aku dapat melihat kembali wajah Niyala yang tersenyum dengan indah. Senyuman itu benar-benar aku rindukan. Niyala… andai kau ada di sini bersamaku… Ku dapati air mata menetes tepat di layar handphone.
Menit semakin beralalu.. semakin pula kenangan-kenangan bersama Niyala muncul kembali ke permukaan pikiranku. Aku ingat benar waktu pertama kali bertemu dengan dia. Di depan toko bunga saat siang hari. Tak sengaja aku menabraknya dan membuat semua bunga yang dia bawa berserakan. Aku langsung meminta maaf padanya dan membantunya membereskan semua bunga-bunga itu. Aku mendapatinya sebagai sosok perempuan yang baik dan ramah. Setelah pertemuan hari itu aku mulai sering mendatangi toko bunga itu. Sekedar untuk mengganti bunga-bunga di vas bunga rumahku. Tak lama aku mengetahui bahwa dia juga merupakan pelajar SMA yang sama dengan ku, bukan hanya sekedar penjaga toko bunga. Aku bangga dengan dia.
Di hari-hari aku yang senggang, terkadang aku sempatkan untuk mendatangi dan membantunya di toko. Dua bulan berlalu aku mengenalnya. Aku mendapati bahwa banyak kesukaan ku yang sama dengan dia. Mulai dari makanan hingga tokoh idola. Ya tokoh idola, aku dan Niyala  sama-sama mengagumi solois terbaik Indonesia, Afgan Syahreza. Hari-hari yang aku lalui semakin berwarna semenjak kehadiran Niyala.
Aku dan Niyala tak jarang mengadakan janji untuk jalan bersama di Mall atau sekedar jalan ke alun-alun kota yang memang tak begitu jauh dari kost.
Awalnya aku hanya tinggal sendiri di kostan ini, begitu pun dengan Niyala. Tapi karena aku mulai merasakan kejenuhan dengan keadaan kamar yang sepi dank arena aku sudah mulai merasa nyaman dengan kehadiran Niyala, aku mencoba mengajaknya untuk tinggal bersama di kostan ku. Niyala pun mengiyakannya. Sejak saat itu aku dan Niyala mulai menjadi sahabat yang akrab.
Aku menyandarkan tubuhku pada sandaran kursi. Mencoba menghela napas dengan sakit yang menyesakan dada. Dan yang ku dapati.. air mata ini justru semakin deras. Aku teringat saat aku harus mendapati sosok tubuh Niyala terbaring kaku dengan tenangnya di kursi yang dia senangi ini.
Betapa shock aku detik itu. Tubuhku seketika lemas dan terjatuh pada lantai balkon yang beralaskan rumput hijau. Cuaca saat itu yang tadinya cerah.. seketika mendung dan langsung  
Aku ingat saat itu aku dan Niyala sedang membicarakan sosok idola kami, Afgan. Aku ingat jelas ucapan Niyala saat itu, “La.. aku pengen banget ketemu sama afgan. Tapi kapan ya? Aku pengen cepat ketemu sama dia. Sebelum aku menghembuskan nafas terakhirku”. Aku cukup kaget saat itu. Kenapa Niyala tiba-tiba mengucapkan kata “sebelum aku menghembuskan nafas terakhirku” Apa maksudnya?? Aku tidak terlalu memperdulikan arti ucapannya itu. Aku hanya menjawab “iya.. aku juga pengen ketemu. Tenang saja secepetnya kita pasti juga ketemu.Kalo Tuhan sudah mengizinkan..” Niyala langsung menimpal “haduuuh kamu ini! Kalo sudah berbicara kehendak Tuhan,, aku Cuma bisa diem aja deh..” aku menimpalnya dengan tertawa kecil ciri khasku.
Suasana sunyi mulai menguasai jiwa ku, Oh Tuhan… mengapa begitu cepat engkau mengambil nyawa gadis kecil itu?? Sebersit pertanyaan mulai muncul dalam benakku.
Aku langsung teringat akan satu hal.. setelah hujan reda saat itu. Hal yang harus aku lakukan adalah menelfon kedua orang tua Niyala. Bergegas aku mencari handphone Niyala. Aku mendapatkannya tepat di atas bantal tempat tidur Niyala. Satu pesan aku terima saat memegang handphone milik Niyala, bertulisakan pesan dari Dokter Romi. Aku heran dengan pesan itu.. kenapa Niyala berhubungan dengan seorang dokter padahal sepanjang aku kenal dia, dia selalu bilang kalau dia anti ke dokter. Aku langsung membuka pesan itu,
Niyala.. aku akan memberitahukan hasil check up kamu kemarin. Maaf sebelumnya apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang kamu harapkan. Hasil check up kemarin adalah.. keadaan jantung kamu semakin melemah. Paru-paru kamu pun demikian. Sebaiknya kamu beritahukan hasil ini pada kedua orang tua kamu. Jangan kamu pendam sendiri. Mereka berhak tahu. Itu hanya sedikit Sarankan ku.. jadi untuk langkah selanjutnya bisa kamu pertimbangkan”
Pesan itu cukup mengkagetkan ku, ternyata di balik senyum bahagia dan cerianya.. Niyala mengidap satu penyakit. Sebelumnya aku tak pernah berfikir hal itu akan terjadi pada gadis seceria dia.
Tak lama setelah aku membaca pesan itu.. aku langsung membalas pesan Dokter Romi itu
Dokter.. aku Novella. Teman Niyala. Maaf sebelumnya.. aku harus memberitahukan bahwa Niyala sudah tenang dalam dekapanNya
Setelah menbalas pesan itu, aku langsung menghubungi nomer ayah dari Niyala. Aku beritahukan semuanya termasuk pesan Dokter Romi tadi. Aku mendengar jelas ibu Niyala menangis histeris mendengar kabar anaknya itu. Air mata ku semakin tak tebendung mendengar jeritan ibu Niyala kala itu. Aku langsung menutup pembicaraan di telefon dengan alasan akan memgurus jenazah Niyala. Aku berlari keluar kamar dan memberitahukan hal itu pada Ibu dan Bapak Kost.
Saat itu aku hanya berfikir kenapa tadi aku tak berada di sampinya saja? Aku terlalu sibuk menikmati udara di pinggiran balkon hingga mangacuhkan Niyala yang berada di pojokan. Mungkin kalo aku ada di samping dia tadi semua ini ga akan terjadi?? Semuanya bukannya bisa saja berubah?? Aku yang jelas-jelas satu kamar sama Niyala tidak tahu benar kepergian sahabat aku sendiri untuk selamanya? Sahabat macam apa aku ini?
Niyala sudah pergi.. dia sudah kembali dalam dekapan Tuhannya. Apa yang bisa aku lakukan? setidaknya mungkin itu jalan yang terbaik buat dia. Disana dia tak akan pernah lagi merasakan sakit seperti di sini.
Di bawah gundukan tanah di sana kini tubuh Niyala istriahat. Sedang roh nya kini berada tenang dalam dekapan Tuhan.. serta cinta dan kasihnya masih tetap bertahan di hati orang-orang yang menyayanginya.
“Niyala.. ketahuilah Tuhan akan mempertemukan Afgan untukmu di sana. Tuhan sudah mempersiapkannya.. mungkin sekarang kamu sedang menikmati kebahagiaan bersama Afganmu di sana.. tetaplah tersenyum disana.. Aku menyayangimu.. aku merindukanmu..”
Langit sore sudah berubah.. tampaknya langit malam akan segera menutupi jagat bumi ini. Aku beranjak dari tempat duduk itu. Menutupnya kembali dengan kain putih itu. Biarkan kursi dan kain putih itu menjadi saksi kehidupan Niyala yang begitu indahnya. Sampai kapan pun dia adalah sahabat yang tak kan pernah terganti dalam hidupku.



Gimana tulisanku? Memang belum baik seperti penulis-penulis cerita yang aku kagumi sih :) tapi paling tidak aku telah berusaha menuangkan pikiran aku didalamnya. Selanjutnya aku berjanji untuk terus belajar demi karyaku yang lebih baik :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar